budaya dan adat memang tidak bisa di tinggalkan begitu saja, sama halnya dengan budaya jawa yang satu ini yaitu tentang waktu hari dan pasaran jawa. karena sebagai pedoman berbagai unsur kehidaupan manusia berawal dari sini. sesepuh/ leluhur suku jawa menuliskan dalam primbonnya tentang sebuah aturan tentang perhitungan dan penamaan pasaran sebagai simbol kehidupan di dunia, seperti halnya dengan istilah weton. asal usul nama dan neptu pasaran jawa berdasarkan primbon diketahui bahwa kedua unsur tersebut sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia, seperti halnya didalam weton ada yang dinamakan pasaran jawa.
Penetapan pasaran jawa dalam kalender jawa yang di bagi menjadi 5 unsur cahaya dapat di definisikan sebagai sedulur 4 kelima pancer, dengan rincian sebagai berikut :
1. pasaran pertama mengisahkan Cahaya berwarna Putih yang disebut Pethakan sekarang disebut Manis/Legi, unsur Udara atau Oksigen dan memiliki neptu 5.
2. pasaran kedua mengisyaratkan Cahaya berwarna Merah disebut Abritan dan dikenal sebagai Jenar/Paing, memiliki unsur Api atau Nitrogen. Naptunya 9.
3. pasaran ketiga adalah Cahaya berwarna Kuning disebut Jene’an sekarang disebut Palguna/Pon, unsur Cahaya atau Foton dan Naptunya 7.
4. pasaran ke empat adalah Cahaya berwarna Hitam atau Cemengan dan sekarang disebut Langking/Wage, memiliki unsur Tanah atau Carbon. Naptunya 4.
5. pasaran yang paling akhir atau kelima adalah Cahaya berwarna Hijau yang disebut Gesang atau pancer dikenal Kasih/Kliwon, memiliki unsur air atau Hidrogen. Naptunya 8.
untuk itu setiap dalam perhitungan jawa, neptu pasaran selalu digunakan dalam berbagai hal seperti penamaan hari lahir manusia, perhitungan perjodohan, ramalan manusia, mencari hari baik, nogo dino dll.contoh selasa wage, rabu kliwon, minggu legi dan lainnya dengan tujuan selain hari juga berikut pasarannya sehingga lebih spesifik .