belajar bahasa krama dan contohnya

bahasa kromo atau krama merupakan salah satu bahasa yang sering digunakan dalam percakapan sehari hari di daerah jawa tengah. kali ini nenekmoyang.com akan memberikan contoh dari salah satu bahasa tersebut sehingg anda bisa belajar memahami makna serta penggunannya. bahasa krama juga disebut sebagai subasita dan parikrama adalah salah satu bentuk tingkatan bahasa jawa yang di ambil dari kata yang lebih halus dengan imbuhan kata pada awalan ataupun akhiran seperti “dipun”, “nipun”, Kaken” digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua dan menunjukan rasa hormat dengan didasari unggah ungguh sesuai adat jawa yang menjunjung tinggi nilai tata krama terhadap orang lain. dahulu bahasa krama dibagi menjadi 6 yaitu krama lugu (kramantara), mudha krama, wredha krama, krama inggil, krama desa, dan bahasa kedaton. namun seiring berjalannya waktu kini krama yang sering digunakan adalah 2 yaitu krama lugu dan krama alus (krama inggil).

1. krama lugu adalah bahasa halus akan tetapi memiliki kata-kata yang tidak luwes dan tidak pantas apabila di sampaikan kepada orang yang lebih tua atau lebih dihormati. meskipun sebenarnya tujuan dan artinya sama.oleh karena itu krama lugu sering digunakan hanya sebatas untuk berbicara kepada orang yang sebaya, teman bermain, orang yang lebih muda atau orang yang lebih tua yang sudah biasa ketemu dan bercanda.

2. sedangkan pengucapan menggunakan bahasa krama alus digunakan untuk orang lain yang dihormati. tidak hanya orang yang lebih tua saja akan tetapi bisa juga dengan orang sebaya atau yang lebih muda karena setatus derajat lebih tinggi atau karena memang anda ingin menghormatinya sebagai wujud rendah diri. berikut kepada siapa saja krama alus digunakan:
– murid kepada guru
– anak kepada orang tua, kakek, nenek, buyut
– menantu kepada mertua
– rakyat biasa kepada perangkat desa/ pejabat daerah/ pejabat pemerintah
– bawahan kepada atasan
– pekerja kepada majikan
– orang yang muda terhadap orang yang usianya lebih tua
– dll

untuk lebih paham perhatikan contoh perbedaan antara krama lugu dan krama alus dalam penggunaan kata pada kalimat yang sama artinya:
1. krama lugu
“Mangke sonten, manawi siyos, kula badhe kesah dhateng Surabaya. Manawi sampeyan gadhah arta, bok kula dipunsambuti sangu. Badhe nedha Paman, piyambakipun saweg boten gadhah arta. Wonten arta sakedhik, nanging, cariyosipun Paman, sampun kalajeng dipuntumbasaken obat. Bibi sakit tanganipun. Saged ta nyebrak sadinten kalih dinten?”

2. krama alus
“Mangke sonten, manawi siyos, dalem badhe kesah dhateng Surabaya. Manawi panjenengan kagungan arta, bok dalem dipunparingi ngampil sangu. Badhé nyuwun Paman, panjenenganipun saweg boten kagungan arta. Wonten arta sakedhik, nanging, pangandikanipun Paman, sampun kalajeng dipunpundhutaken obat. Bibi gerah astanipun. Saged ta nyuwun ngampil sadinten kalih dinten?”

dari dua kalimat diatas bisa kita ketahui perbedaannya, yakni penggunaan kata untuk menghormati apabila disampaikan kepada orang yang lebih tua atau lebih dihormati.
– kula = dalem
– sampeyan = panjenengan
– gadhah = kagungan
– sambati = paringi ngampil
– nedha = nyuwun
– piyambakipun = panjenenganipun
– cariyos = pangandika
– tumbas = pundhut
– sakit = gerah
– tangan = asta
– nyebrak = ngampil

setelah anda mengetahui tata cara penggunaan bahasa krama dalam kehidupan sehari-hari maka jangan salah mengucapkan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau dihormati. seperti yang sering di gunakan adalah :
– bahasa kramane “apa” = Nopo/Napa
– bahasa kramane “siapa” = Sinten
– bahasa kramane “ada apa” = wonten nopo
– bahasa kramane ” Mulih” = mantuk
– bahasa kramane “aku” = kula/ dalem
– bahasa kramane “nanging = namung
– bahasa kramane ” salah” = lepat
– bahasa kramane ” banyu” = toya
– dll

berikut kamus bahasa krama yang sering digunakan dalam sehari-hari